HumbangNews.Id | Peneliti di Rutgers University-New Brunswick merilis "Face-Mic," penelitian pertama yang meneliti bagaimana fitur perintah suara pada headset realitas virtual dapat memicu kebocoran privasi besar, yang dikenal sebagai "serangan penyadapan."
Penelitian ini menunjukkan bahwa peretas dapat menggunakan headset realitas virtual (AR/VR) populer dengan sensor gerak bawaan untuk merekam dinamika wajah terkait ucapan dan gerakan halus untuk mencuri informasi sensitif yang dikomunikasikan melalui perintah suara, termasuk data kartu kredit dan kata sandi.
Baca Juga:
Sepanjang 2022, Dewas KPK Terima Pemberitahuan 1.460 Penyadapan
Sistem AR/VR yang umum ada di pasaran termasuk merek-merek populer seperti Oculus Quest 2, HTC Vive Pro, dan PlayStation VR.
Dipimpin Yingying "Jennifer" Chen, direktur asosiasi WINLAB dan direktur pascasarjana Teknik Elektro dan Komputer di Rutgers University-New Brunswick, penelitian ini akan dipresentasikan pada Konferensi Internasional tahunan tentang Komputasi dan Jaringan Seluler pada bulan Maret. Kolaborator penelitian lainnya termasuk Nitesh Saxena dari Texas A&M University dan Jian Liu di University of Tennessee di Knoxville.
Untuk menunjukkan adanya kerentanan keamanan, Chen dan rekan peneliti WINLAB mengembangkan serangan penyadapan yang menargetkan headset AR/VR, yang dikenal sebagai "Face-Mic", seperti dikutip dari Rutgers University, Sabtu (12/2/2022).
Baca Juga:
Ingin Status WhatsApp Hanya Dilihat Orang Tertentu? Ini Caranya!
"Face-Mic adalah penelitian pertama yang menyimpulkan bahwa informasi pribadi dan sensitif dengan memanfaatkan dinamika wajah memiliki keterkaitan dengan ucapan manusia secara langsung saat menggunakan perangkat AR/VR yang dipasang di wajah," kata Chen. "Penelitian kami menunjukkan bahwa Face-Mic dapat memperoleh informasi sensitif pemakai headset dengan empat headset AR/VR utama, termasuk yang paling populer: Oculus Quest dan HTC Vive Pro."
Para peneliti mempelajari tiga jenis getaran yang ditangkap oleh sensor gerak headset AR/VR, termasuk gerakan wajah terkait ucapan, getaran yang ditularkan melalui tulang, dan getaran di udara. Chen mencatat bahwa getaran yang terbawa tulang khususnya dikodekan dengan detail gender, identitas, dan informasi ucapan.
"Dengan menganalisis dinamika wajah yang ditangkap dengan sensor gerak, kami menemukan bahwa baik headset karton maupun headset kelas atas mengalami kerentanan keamanan, mampu mengungkapkan informasi sensitif ucapan dan pembicara pengguna tanpa izin," kata Chen.