Sementara, FOMO marketing berusaha memanfaatkan psikologis pelanggan dalam hal ini rasa gelisah atau takut ketinggalan tren untuk membuat konsumen segera melakukan pembelian.
WOM bisa diibaratkan seperti bara api, kemudian FOMO adalah bensin. Jadi kalau bensin ketemu api, jadinya akan menghasilkan seperti energi kobaran besar.
Baca Juga:
Pimpin Ekspose Hasil Pengawasan Distribusi MINYAKITA, Mendag Busan: Pelaku Usaha Jangan Permainkan Harga
Ini seperti yang terjadi pada film KKN di Desa Penari yang begitu viral pada 2022 ini.
Jika strategi pemasaran tersebut dilakukan dengan baik, Yuswohady menyatakan, hal itu akan meminimalkan dana pemasaran atau bahkan pelaku usaha tidak perlu mengeluarkan dana sama sekali.
"Iklan di televisi, satu spot bayar Rp 40 juta. Sehari minimal 30 spot, kemudian dikali Rp 40 juta sudah berapa? Semahal ini, akan kalah dengan pemasaran yang mengandalkan WOM dan FOMO tadi, yang ini tidak ada biayanya," jelas Yuswohady. [As]