"Angka stunting di Kabupaten Tapanuli Utara menurut SSGI (Survey Status Gizi Indonesia) cenderung stagnan, yaitu 26,7 % di tahun 2021 menjadi 27,4 % di tahun 2022. Untuk menangani stunting di Kabupaten Tapanuli Utara, diperlukan intervensi spesifik yang difokuskan pada masa sebelum kelahiran (ANC K4/kunjungan ibu hamil 4 kali) dan pemberian tablet tambah darah kepada Ibu hamil) serta anak usia 6 sampai 11 bulan (Inisiasi menyusu dini, ASI Eksklusif dan pemantauan pertumbuhan). Intervensi spesifik ini berperan sebesar 70% dalam penanganan stunting," jelas Pretty Multihartina.
Kepala Bappelitbangda Luhut Aritonang juga memaparkan Analisis Situasi dan Rencana Kegiatan Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Tapanuli Utara.
Baca Juga:
Penjabat Bupati Gorontalo Utara Ajak Masyarakat Ciptakan Kreasi Makanan Bahan Pokok Lokal
Di Kabupaten Tapanuli Utara, terdapat perbedaan yang signifikan antara prevalensi stunting versi e-PPGBM (Elektronik - Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) dan SSGI (Survei Status Gizi Indonesia). Prevalensi stunting menurut e-PPGBM menunjukkan angka 9,5 % sedangkan menurut SSGI sebesar 27,4 %. Untuk tahun 2023, kita fokus 36 lokasi penanganan stunting yang menyasar masa sebelum kelahiran untuk ibu hamil dan anak usia 6 sampai 11 bulan," papar Luhut Aritonang. [Hk]