HumbangNews.id, Tapanuli Utara - Menjelang pelaksanaan Pertamina F1 Powerboat Danau Toba 2024 yang akan digelar pada 2-3 Maret 2024, penerbangan menuju Bandar Udara Internasional Sisingamangaraja Duabelas, Siborong-borong, Tapanuli Utara, Provinsi Sumatra Utara, terpantau dipadati penumpang, terutama para pelancong dalam dan luar negeri serta penghobi olahraga air (watersport).
“Bandara Siborong-borong, dulu namanya Silangit, memang yang terdekat untuk menuju ke Danau Toba. Jika ditempuh dari Bandara Kualanamu, perjalanan akan memakan waktu enam jam lebih, tetapi bila dari Silangit, hanya diperlukan waktu 30 menit, sehingga pasti banyak penumpang jika terdapat acara atau event di Danau Toba,” ujar salah seorang penumpang pesawat maskapai Super Air Jet yang mengaku bernama Simanjuntak, kepada media di kawasan Bandara Sisingamangaraja Duabelas, Tapanuli Utara, pada Kamis (29/2/2024).
Baca Juga:
Berikut 5 Tips Bagi Kamu yang Takut Terbang
Simanjuntak menyatakan bahwa setelah dibangunnya Bandara yang mengambil nama Pahlawan asal Tapanuli, ekonomi di sekitar Danau Toba meningkat.
Hal tersebut disebabkan mudahnya akses ke destinasi pariwisata super prioritas ini yang bisa dicapai dari Jakarta maupun kota-kota lainnya baik dalam maupun luar negeri, karena statusnya sebagai Bandara Internasional.
“Inisiatif Kepala Daerah Tapanuli Utara bersama pemerintah pusat serta beberapa pejabat putera terbaik Tapanuli, salah satunya Menteri Koordinasi Maritim dan Investasi Luhut Panjaitan yang merupakan putra daerah asal sekitar Danau Toba ini, menjadi faktor penting dalam hal ini. Selama ini Danau Toba sulit berkembang karena akses yang cukup sulit karena jauh dari bandara,” jelasnya.
Baca Juga:
Dear Traveler! Ini Tips dari Pilot Bagi Kamu yang Takut Terbang
Menurut Simanjuntak, membangun Bandara di Siborong-borong bukanlah hal yang mudah dilakukan.
Proyek tersebut harus menghadapi banyak kendala, seperti status wilayah tanah adat yang dimiliki oleh beberapa suku berbeda dan kontur tanah yang tidak rata karena berada di perbukitan, sehingga di wilayah tersebut tidak ada sertifikat tanah karena merupakan tanah adat.
“Tidak mudah untuk meyakinkan para tetua adat, apalagi membangun Bandara yang memerlukan lahan yang luas seperti ini, pasti harus melalui proses panjang. Kita patut menghargai para putera-putra terbaik Tapanuli yang berjuang untuk membangun Bandara ini hingga menjadi bandara udara internasional," ungkap Simanjuntak yang memiliki domisili di Jakarta.