"Buyer kontak saya melalui WA (WhatsApp), dia minta tolong disiapkan sapu lidi. Dia (buyer) menanyakan kesiapan saya, dan mereka sama sekali tidak pakai perantara," ujar Sadariah menceritakan awal mula menjadi eksportir sapu lidi.
Walau sempat merasa ragu, Sadariah akhirnya meyakini tawaran kerja sama tersebut, setelah buyer mengirim uang muka sebagai tanda jadi. Sebelumnya, Sadariah telah menyampaikan kepada buyer, terkait keterbatasannya pada saat itu.
Baca Juga:
Sosok Sheikh Hasina, PM Bangladesh Kabur ke India yang Mundur-Kabur karena Demo
"Setelah mengirimkan beberapa foto sampel sapu lidi dengan spesifikasi sesuai yang mereka minta, buyer langsung mengirim uang muka sebanyak 30 persen sesuai permintaan saya. Itu yang membuat saya percaya dan akhirnya bersemangat," tutur Sadariah sembari tertawa.
Sadariah mengaku sempat kesulitan memenuhi permintaan buyer. Selain tenggang waktu yang terbatas, Sadariah juga sempat diragukan banyak warga termasuk keluarga.
"Ternyata itu tantangan terberatnya, karena kondisi yang saya harapkan tidak sesuai di lapangan. Awal-awalnya kita juga ditipu, pahit-pahitnya saya harus ke beberapa daerah, untuk mencari sapu lidi, termasuk membuat postingan di Facebook, mencari informasi jika ada yang bersedia membantu saya menyiapkan sapu lidi," terangnya.
Baca Juga:
PM Bangladesh Undur Diri, Hasina Mengungsi ke India
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Sadariah melakukan berbagai macam cara, termasuk memperbanyak edukasi ke masyarakat terkait potensi dari limbah daun kelapa yang selama ini banyak diabaikan oleh warga.
Sadariah juga berupaya menjalin kerjasama dengan beberapa kelompok masyarakat, termasuk pengelola sekolah madrasah tempatnya menuntut ilmu beberapa tahun lalu.
"Waktu itu, saya ingin memperkenalkan sekolah saya melalui momentum sapu lidi ini. Jadi saya mengajak mereka bekerjasama. Melalui pihak sekolah, saya meminta adik-adik untuk menyiapkan sapu lidi, berapapun jumlahnya akan saya ambil dan beri nilai," ungkapnya.