HumbangNews.Id | Permainan catur merupakan cabang olahraga yang membutuhkan konsentrasi tingkat tinggi dan kekuatan otak dalam menyusun permainan dengan strategis.
Dalam bidang catur, gelar Grandmaster (GM) adalah gelar yang dianugerahkan untuk pecatur yang memiliki prestasi yang bertaraf dunia, karena gelar ini merupakan gelar tertinggi bagi seorang pecatur.
Baca Juga:
Arnod Sihite Dilantik Ketua Umum PTSBS Periode 2024-2029: Ini Daftar Lengkap Pengurusnya
Terdapat deretan putra-putri Batak yang berhasil meraih gelar Grandmaster dan memiliki segudang prestasi yang membanggakan.
Berikut sosok Pecatur berdarah Batak yang memiliki segudang prestasi hingga meraih gelar Grandmaster :
Baca Juga:
Arnod Sihite Resmi Pimpin Parsadaan Toga Sihite Boru Sedunia, Fokus Lestarikan Budaya Batak pada Generasi Muda
1. Baris Hutagalung
Baris M. Hutagalung lahir tahun 1933 adalah seorang pemain catur terbaik di Indonesia pada era tahun 1950 hingga 1960-an.
Awal Baris mengenal catur dari keluarganya yang sangat menggemari catur, namun kegemaran ini menjadikan sumber penghasilan bagi Baris dan keluarga.
Di tahun 1954, Baris menjadi juara di Tegal dengan poin 11 dari kemungkinan 12 (92 %), selang dua tahun kemudian dia menjadi juara ketiga di Jakarta, dan mendapatkan juara keempat di Magelang .
Selain itu, di tahun 1958 Baris juga berhasil dengan memenangkan dengan juara ke lima di Malang.
Baris juga berhasil memenangkan kejuaraan ke enam di Medan tahun 1960 dan tahun yang sama, dia mengikuti mengikuti kejuaraan Zona Pacific di Sydney
Namun Baris meninggalkan dunia catur dengan berhasil meraih gelar Master Nasional dan beralih menggeluti olahraga bridge, prestasinya di bidang bridge juga cukup membanggakan dengan berhasil memboyong Piala Rebullida dan juara bridge timur jauh pertama kalinya di tahun 1962 hingga 1975.
Setelah itu, dia mendirikan sekolah catur di Stasiun Cawang.
2. Cerdas Barus
Cerdas Barus lahir di Kabanjahe, Sumatera Utara (1 Januari 1961), adalah seorang pemain catur tuna rungu yang mampu menjadi seorang Grandmaster (GM) Indonesia pada masanya.
Walaupun dia seorang tunarungu tak menjadi hambatan baginya bersaing dalam bidang catur, hingga dia berhasil mendapatkan gelar Grandmaster.
Awal Baris mengenal catur saat berusia 14 tahun, dia terus mengasah kemampuannya hingga di tahun 1981 dia berhasil menjadi juara kedua dalam kejuaraan Provinsi Sumatera Utara.
Cerdas sudah aktif dalam dunia catur sejak tahun 80-an sekitar tahun 1983 sebagai anggota regu Kota Medan yang ikut serta dalam Kejuaraan Kota Asia di Hongkong, dan dia tak pernah absen dari even-even catur penting Indonesia.
Dalam setahun kemudian, dia berhasil mendapatkan gelar dan tahun 2002 Cerdas juga berhasil mendapatkan Juara Nasional dengan mendapatkan Hamzah Haz Terbuka di Jakarta.
Cerdas juga memenangkan juara kedua di Turnamen Wismilak, dia berhasil memenangkan medali emas untuk papan ketiga setelah mengumpulkan 8,5 angka dari 10 partai sehingga mendapatkan gelar Grandmaster (GM) tahun 2002.
Selama periode tersebut, Cerdas rutin dalam membela Indonesia di ajang Chess Olympiad dengan peak FIDE rating 2479.
Aktivitasnya di bidang catur pernah terhenti setelah mengikuti kejuaraan di luar daerah tahun 2003, sesuai dengan pengakuannya dalam kejuaraan tersebut ada seseorang yang memberinya minuman saat pertandingan berlangsung.
Selama delapan tahun dia sakit sehingga dia tidak dapat mengikuti berbagai even-even kejuaraan pada catur.
3. Chelsie Monica Ignesias Sihite
Chelsie Monica Ignesias Sihite, SE lahir di Balikpapan, Kalimantan Timur (2 November 1995), adalah seorang pemain catur putri yang mendapat gelar Woman International Master atau Master Internasional Wanita.
Awal Chelsie mengenal catur dari ayahnya yang sering bermain catur sejak kanak-kanak dan dia menekuni bidang catur secara profesional dan tahun 2003 mulai mengikuti berbagai perlombaan catur tingkat daerah.
Chelsie berhasil mendapatkan Juara dua pada ASEAN Age Group Chess Championship di Muangthai tahun 2005, Juara dua pada 6th World School Chess Festival di Singapura, dan Juara dua ASEAN Age Group Chess Championship di Indonesia tahun 2006.
Berkat prestasinya, dia mendapatkan beasiswa di Sekolah Catur Utut Adianto, Bekasi.
Selang dua tahun kemudian, dia berhasil mendapatkan Juara World School Chess Championship di Singapura tahun 2008, Juara ASEAN Age Group Girl Under-16 di Filipina, dan Juara satu Turnamen Catur Piala Gubernur Chelyabinsk, Rusia tahun 2011.
Pada World Junior Chess Championship 2012 Girls Under 20 di Yunani, Chelsie yang turun sebagai unggulan 24 dengan rating 2162 tampil dengan finis pada urutan kedelapan dengan poin 8,5/13 dan rating performance 2319.
Selain itu, dia juga pernah mendapatkan Juara satu pada Sea Games di Myanmar, Juara tiga pada Asian Indoor Martial Art Games di Korea Selatan tahun 2013, dan Juara tiga Asian Indoor Martial Art Games di Turkmenistan tahun 2017.
Karirnya semakin bersinar di bidang catur dengan mendapatkan Juara dua pada Sea Games di Filipina tahun 2019 hingga saat ini dia masih aktif sebagai Pecatur.
Chelsie juga aktif bermain sosial media, diantaranya Instagram yang bernama @chelsie.monica dengan memiliki jumlah pengikut 125 ribu.
Dia jua memiliki Youtube Channel yang bernama Chelsie Monica dengan jumlah subscriber 74 ribu yang membagikan konten aktivitas bermain catur.
4. Monang Sinulingga
Monang Sinulingga lahir di Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara tahun 1946, adalah seorang pemain catur yang mendapatkan gelar Master Nasional (MN).
Monang juga pernah mendapatkan gelar Master Nasional (MN) pada tahun 1972 di Jakarta. Mewakili Indonesia dalam Olimpiade tahun 1974 di Prancis dan tahun 1984 di Yunani.
Semenjak mendapatkan gelar Master Nasional tahun 1972, Ia tetap malang melintang di dunia catur hingga tahun 2004 dengan membukukan 8 poin dari 14 babak.
Monang juga memenangkan banyak penghargaan bergengsi di arena domestik, dia membawa regu Sumatera Utara meraih medali emas PON (Pekan Olahraga Nasional) tahun 1973 dan menjadi pecatur terbaik.
Selain itu, Monang juga berhasil memenangkan even perorangan seperti Piala Wahono tahun 1982 dan Piala Habibie tahun 1991.
Dan mendapatkan berbagai gelar juara dalam pertandingan daerah, nasional hingga keluar negeri.
Berkat prestasinya yang membanggakan, Ketika pulang ke Tanah Karo dia disambut dengan upacara yang meriah seperti pahlawan yang telah membuat nama orang Karo harum dan mengukuhkan Karo identik dengan catur.
5. Salor Sitanggang
Salor Sitanggang lahir tahun 1953, adalah seorang pemain catur yang memiliki julukan “Si Ular” tahun 1986.
Salor menjadi satu diantara pecatur Indonesia yang sangat disegani baik di dalam hingga ke luar negeri.
Di tahun 1986, Salor menjadi perwakilan Indonesia dalam Olimpiade Catur dan sukses mengembangkan pembukaan Silima Marga.[as]